Kendalikan Mood Untuk Produktif Menulis


Kendalikan Mood Untuk Produktif Menulis

Mood menjadi alasan yang populer bagi siapa saja. Mereka yang bilang ingin menulis tapi enggan menggerakkan pena seringkali beralasan, "Aku lagi bad mood, buntu mau nulis apa." Nah, sebenarnya si bad mood ini apakah sedemikian hebatnya? Sampai-sampai yang mengalaminya bisa memutuskan dengan cepat untuk tidak menulis. Tidak sedikit orang yang menyerah ketika mengalami bad mood ini.

Adakalanya mood sedang bagus. Maka tulisan berhasil dibuat. Tapi, apakah menulis itu harus menunggu punya mood bagus? Jika memang demikian, maka perlu kita evaluasi diri kita sendiri. Mana yang lebih banyak kita alami, mood bagus atau jelek? Kalau seringnya mood jelek, lalu harus menunggu mood bagus untuk menulis, bagaimana bisa produktif menulisnya?

Baca juga:

Antara Bakat Gagal dan Sukses

Lain halnya jika mood itu menurut pada kontrol kita. Motivasi yang kuat bisa loh mempengaruhi mood. Ketika kita memiliki tujuan untuk apa menulis ini, maka mood itu akan bisa menyesuaikan. Ketika kita tahu big why kenapa kita harus menulis, maka mood itu lah yang akan ikut.

Jika kita terus menuruti mood, "Lagi bad mood, nggak usah nulis ah." Bukan tidak mungkin, waktu kita akan berlalu begitu saja tanpa karya yang bisa dihasilkan. Bagi sebagian orang, mood itu akan hadir dengan sendirinya ketika ia sangat ingin menyampaikan ilmu dan kebenaran melalui tulisannya. Relakah kita jika kebaikan dari tulisan kita (jika sudah selesai) hanya tinggal angan-angan karena kita menunggu mood bagus untuk menulis?

Baca juga:

Membangun Bank Ide Untuk Langkah Awal Menulis Buku

Terkadang kita perlu motivasi yang sadis agar mau bergerak. Sekedar ucapan, "Ayo semangat!" tidak cukup membuat kita beranjak menggerakkan pena. Jika hari ini hari terakhirmu di dunia, apa yang sudah kau siapkan untuk perjalanan panjangmu?

Jika tulisan kita bermanfaat bagi orang lain, maka kebaikannya akan kita rasakan juga. Ilmu yang bermanfaat akan mengalirkan pahala pada pemiliknya hingga ia meninggal dunia sekalipun. Maka relakah kesempatan menebar manfaat ini hilang begitu saja karena kita menuruti mood?

Baca juga:

Tips Menjadi Seorang Penulis yang Produktif

"Banyak orang menunggu mood untuk menulis. Sementara bagi sebagian lainnya, mood untuk menuis bangkit karena kuatnya keinginan menyampaikan ilmu dan kebenaran.

Para pemalas menggunakan mood sebagai alasan untuk tidak bertindak. Para idealis bertindak mengendalikan mood untuk menghalau kemalasan." (Mohammad Fauzil Adhim)

Nah, tinggal pilih. Apakah kita mau menjadi pemalas atau idealis? Keduanya sangat berbeda dalam menyikapi mood. Kalau mood bisa menjadi alasan untuk tidak bergerak, itu adalah salah satu ciri pemalas. Sayang sekali, karena ia bisa dikendalikan oleh mood. Padahal seharusnya mood itu lah yang bisa kita kendalikan. Itulah para idealis, yang hidupnya tak mau dikendalikan oleh mood.

Baca juga:

Bagaimana Cara Ibu Rumah Tangga bisa menghasilkan Uang?Berikut Tips Ibu Rumah Tangga dapat Gaji dari Tulisannya.

Mood berhubungan dengan karya apabila kita mengijinkan mood untuk mengendalikan semangat kita menulis. Namun, mood tidak akan berpengaruh pada karya kita secara signifikan jika kita bisa mengendalikan mood kita dan tetap menulis. Tulisan kita akan bermakna dan bermanfaat manakala ia telah selesai. Sehingga amanat yang ingin kita sampaikan dapat ditangkap oleh pembaca. Jika kita kalah oleh mood, maka mungkinkah amanat kebaikan akan mampu kita sebar kepada masyarakat pembaca?

 

INFORMASI:

Iklan yang tampil pada halaman situs ini sepenuhnya diatur oleh pihak google, kami hanya menyediakan slot kosong. Jadi apabila ada iklan yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan anda harap informasikan kepada kami melalui formulir kontak web ini untuk selanjutnya akan kami sampaikan ke pihak Google.

penulis

About Lestari Ummu Al Fatih

<p> Penulis dan SLC di Sygma Daya Insani</p>

Learn More

Artikel Terkait